Sukses Peternakan Domba Jambul Domba: Inovasi, Pengalaman di Australia, dan Diversifikasi Bisnis Menuju Masa Depan

Saya adalah Susanoowo, seorang peternak kambing domba asal Pemalang, Jawa. Memulai bisnis peternakan domba sejak 2014, dengan pengetahuan dari studi S1 dan S2 di Undip, Semarang. Terinspirasi dari kompetisi bisnis plan di Jateng, saya menciptakan brand “Jambul Domba” yang mengedepankan jaminan berkualitas.

Meskipun mendapat kritik, saya tetap termotivasi membuktikan kesuksesan bisnis domba. Pada 2015, ikut program SMDWP dan menjadi manajer sentra peternakan rakyat. Meski mengalami kegagalan dengan serbuk gergasi kayu, tetap bersemangat.

Pada 2017, mengikuti program kursus singkat di Australia melalui Australia Worldward Indonesia. Pengalaman di sana memberikan wawasan baru dalam manajemen dan pemilihan domba untuk pasar religi.

Menerapkan teknologi pakan “Complete Fit” dengan komposisi bahan, seperti ampas tahu, onggok singkong, cgf, bungkil sawit, konsentrat sapi perah, dan tetes tebu. Penerapan sistem pendataan ternak dan teknologi memudahkan kontrol real-time.

Memelihara berbagai jenis domba lokal, seperti ekor tipis dan semi ekor gembuk. Kapasitas produksi mencapai sekitar 1000 ekor, tetapi masih perlu peningkatan sesuai dengan permintaan pasar.

Pemeliharaan berlangsung 75-90 hari dengan fokus pada kenaikan bobot harian, skor tubuh, tingkat kematian maksimal 3%, dan konsumsi pakan 3-4% bahan kering. Penerapan data recording untuk evaluasi.

Selain peternakan, terlibat dalam bisnis akikah catering dan Resto Sate “Cempenom.” Resto sate menawarkan konsep modern dan nyaman.

**Potensi Pasar dan Visi Ke Depan:**

Percaya bahwa bisnis peternakan domba tetap menjanjikan di masa depan. Pasar harian, bulanan, dan tahunan masih terbuka lebar. Farming is Heritage and Future – pertanian adalah warisan dan akan selalu dibutuhkan.

*Catatan: Artikel ini telah disunting untuk meningkatkan tata bahasa dan kelengkapan informasi.*