Saya yakin bahwa hewan ini bukan marmut. Meskipun sebagian besar penonton mungkin meragukannya atau tidak percaya pada apa yang saya sampaikan dalam pembahasan ini, yang sedang kita bahas sekarang adalah sekelompok makhluk yang terlihat seperti hewan peliharaan yang umumnya dihargai karena kecantikan, keimutan, dan kelucuannya. Namun, ketika Anda berada di Peru, negara bagian di Amerika Selatan, hewan ini menjadi ternak unggulan yang dikembangbiakkan untuk daging dan telah menjadi kuliner khas sejak zaman kerajaan Inka.
Kuyikola Ternak Khas Peru
Hewan ini dikenal luas sebagai “gini Pik” atau babi gini, meskipun sebenarnya tidak ada keterkaitan dengan babi atau negara Gini di Afrika Barat. Nama ini diberikan oleh penduduk Amerika Serikat dan masih belum jelas asal-usulnya. Hewan ini juga dikenal sebagai cavaleri domestik, merupakan spesies pengerat dalam genus cavia dan famili cavidai.
Orang Eropa cenderung menggunakan kata “Kevi” atau “Kepi” untuk mendeskripsikan hewan dari genus dan famili tersebut. Mereka berasal dari pegunungan Andes di Amerika Selatan, dan studi biokimia dan hibridisasi menunjukkan bahwa mereka bukan hewan liar dan telah memiliki hubungan dekat dengan manusia selama waktu yang lama.
Meskipun di Peru mereka dijinakkan sebagai ternak untuk daging dan disematkan dengan nama lokal “kui” atau “kuiola,” saya akan menggunakan istilah “kuyikola” untuk menghindari penggunaan kata “babi” yang sebenarnya tidak relevan dengan hewan ini. Di Indonesia, beberapa jenis kuyikola lebih kecil sering dianggap sebagai marmut dan kadang-kadang disebut sebagai tikus Belanda.
Meskipun kuyikola dan marmut sama-sama pengerat atau rodensia, kuyikola jauh berkerabat dengan marmut dan tidak memiliki kedekatan spesifik dengan hamster, apalagi tikus. Oleh karena itu, penonton perlu memahami wujud asli hewan yang disebut marmut.
[Musik]
Sebagai informasi tambahan, marmut sejati termasuk dalam famili skurri die dan lebih dekat hubungannya dengan bajing. Marmut juga secara spesifik berada dalam genus marmuta, membedakannya dari spesies pengerat lainnya seperti tikus, hamster, dan kuyikola.
Dalam konteks konsumsi, kuyikola dianggap halal dalam agama Islam menurut sebagian besar ulama, meskipun terdapat perbedaan pendapat. Penonton yang memiliki pandangan berbeda dapat berbagi pendapatnya di kolom komentar untuk memperkaya pemahaman tentang halal-haramnya konsumsi kuyikola.
Untuk informasi lebih lanjut tentang peternakan kuyikola di Peru, video ini menjelaskan bahwa ada sekitar 68 juta ekor kuyikola yang dikonsumsi pada tahun 2022. Para peneliti di Peru juga berhasil mengembangkan jenis kuyikola yang lebih besar dan cepat tumbuh, yang kemudian didistribusikan ke beberapa negara lain di Amerika Selatan.
Kuyikola terbilang mudah untuk dibudidayakan, tidak memerlukan ruang yang besar, dan memiliki keunggulan dalam pertumbuhan populasi. Mereka adalah herbivora, hanya mengonsumsi tumbuhan, dan memiliki bobot yang mencapai 1,3 kg hingga 2,5 kg, tergantung pada jenisnya. Peternak memberikan pakan berupa gandum, jagung, dan hijauan seperti sayuran alvalva dan rumput.
Kuyikola memiliki tingkat keberhasilan betina yang tinggi dalam melahirkan, dan mereka dapat menghasilkan 3 hingga 4 anak setiap kali melahirkan. Namun, musim penghujan dan faktor lingkungan lainnya dapat memengaruhi proses pembiakan dan kesehatan kuyikola.
Dalam pasar konsumen, kuyikola di Peru terkenal karena nilai protein tinggi, rendah lemak, tinggi omega-3, serta kandungan mineral dan vitamin yang baik. Kuyikola dijual dalam bentuk hidup, sehingga pembeli harus menyembelihnya sendiri untuk diolah lebih lanjut. Di beberapa tempat, kuyikola juga dijual dalam bentuk panggang atau asap, menjadi kuliner khas di pinggir jalan atau restoran di kota-kota besar.
Saat ini, sentra budidaya kuyikola terbesar di Peru terletak di wilayah San Martin, yang mencakup wilayah sekitar 51.253 km persegi dan memiliki sekitar 25 juta kuyikola yang dikonsumsi pada tahun 2022. Meskipun kebanyakan budidaya kuyikola dilakukan oleh ibu rumah tangga di pedesaan Peru, budaya ini dianggap sebagai tradisi yang tetap terjaga dari generasi ke generasi.
Menariknya, peternak kuyikola tradisional di Peru menolak jika hewan mereka disebut sebagai hewan pengerat. Mereka memiliki kepercayaan unik, seperti legenda yang menghubungkan kuyikola dengan kelinci yang turun dari Dewa untuk menggantikan kelinci yang menyebabkan wabah pada masa kerajaan Inka.
[Musik]
Berbagai aspek budidaya dan penggunaan kuyikola dalam budaya Peru, seperti ramalan masa depan, lukisan religius, dan permainan judi seperti tombola De kues, menunjukkan bahwa kuyikola tidak hanya dianggap sebagai sumber pangan, tetapi juga memiliki peran dalam aspek spiritual dan budaya masyarakat Peru.
Terima kasih atas kesabaran Anda menonton video ini hingga akhir. Jangan ragu untuk berbagi pendapat Anda di kolom komentar. Sampai jumpa pada video menarik berikutnya!