Lada merupakan salah satu rempah yang populer sejak berabad tahun lalu. Tanaman yang memiliki nama Latin piper nigrum line ini tumbuh merambat di pesisir pantai Malabar India dan mulai dibudidayakan didaerah tropis Asia Tenggara. Pada masa prasejarah saat ini lada hitam telah dibudidayakan secara luas di negara beriklim tropis seperti Indonesia, Malaysia, Brazil, Srilanka, Vietnam dan China.
Lada adalah si raja rempah karena hal ini kaya akan kandungan kimia seperti minyak lada, minyak lemak dan Pati sifatnya yang pedas pahit hangat menjadikannya sangat cocok untuk bumbu masakan. Di antara semua rempah lainnya di Indonesia, daerah penghasil lada hitam yang paling terkenal adalah provinsi Gom Disamping itu ada beberapa daerah lain yang juga memiliki pusat pertanaman lada seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat Jawa Timur dan Bengkulu.
Harga lada bisa dibilang menjadi salah satu yang termahal dibandingkan dengan rempah-rempah yang lain karena rempah ini tidak hanya Laris Manis di negara Asia saja tapi juga melebar hingga ke mancanegara.
Komoditas Potensial
Sekitar 85 persen produksi lada di tanah air diekspor ke mancanegara. Lada ini memang menjadi salah satu komoditas yang sangat potensial lada dibagi menjadi dua jenis yaitu lada hitam dan putih. Sementara Jika dilihat dari varietasnya ada banyak sekali jenis Lada seperti Lada perdu dan lada panjat menjadi dua jenis lada yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia.
Jenis lada yang pertama yaitu lada hitam antara lada hitam dan lada putih sebenarnya tidak jauh berbeda karena berasal dari jenis pohon yang sama. Perbedaan keduanya terletak di cara pengolahan lada sehingga menghasilkan produk lada yang berbeda. Lada hitam berasal dari biji lada setengah matang yang dipanen kemudian dikeringkan hingga biji berkerut dan berwarna hitam sedsngkan lada putih berasal dari biji lada yang sudah matang kemudian biji tersebut direndam dalam air agar kulitnya mudah dikelupas setelah itu dikeringkan baik dengan sinar matahari maupun metode pengeringan lainny dan dihasilkan Lada putih.
Harga Lada
Harga lada hitam per kilo biasanya lebih murah dibandingkan dengan lada putih karena proses pengolahannya memang lebih sederhana dibandingkan dengan lada putih meskipun memiliki harga yang lebih murah. Lada hitam tak kalah dari lada putih sebab lada hitam memiliki aroma yang lebih tajam dan rasa yang lebih kompleks namun untuk rasa pedasnya memang lebih rendah dibandingkan lada putih.
Daerah Penghasil Lada
Ada beberapa daerah lain yang yang memiliki pusat pertanaman lada seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bengkulu. Harga lada tiap daerahnya berbeda dan juga sangat fluktuatif sehingga keuntungan tak selalu sama harga lada putih di Kaltim kini menembus angka 165.000 per kilo dan lada hitam dihargai 115000 per kilo.
Kaltim merupakan salah satu daerah sentra pembudidayaan lada terbesar di Indonesia. Varietas lada yang dikembangkan di Kaltim telah resmi menjadi varietas unggul nasional dengan nama malonan satu sedangkan Suhardi salah satu petani lada hitam di Kabupaten Kepahiang Bengkulu memilih menanam lada karena komoditas ini selalu laku di pasar terutama pasar ekspor.
Prospek harganya juga cukup menggiurkan saat ini ia menjual harga lada ke tengkulak sekitar seratus ribu per kilo dengan luas lahan cuma satu hektare sekali panen mampu menghasilkan hampir 1000 kilo lada. Masa panen dimulai sejak Juni hingga November jika dalam satu tahun mampu memproduksi seribukilo lada. Total pendapatannya sekitar 100 juta pertahun dipotong biaya bibit dan perawatan lebih bersih dari omset sekitar 60% sampai 65 persen. Petani ini meraup sekitar 60 juta sampai 65 juta pertahun.
Petani lainnya adalah Budiman asal Malang Jawa Timur Budiman mulai budidaya lada sejak dua tahun lalu di desa mulyoagung Kecamatan Dau Budiman merasa cocok menanam lada hitam karena selalu diserap pasar dan harganya juga selalu bagus lalu ia membudidayakan lada hitam di lahan 8000 M2. Selain di tanah Ia juga menanam lada di polybag untuk bibit sekali panen ia bisa mendapat tujuh kuintal lada.
Bila ditambah lada putih bisa Agan 10 kuintal pergerakan harga jual lada putih di Kabupaten Belitung pada minggu pertama Januari Tahun 2022 berkisar antara 83-85 ribu per kilonya.
Menurut Kabid perkebunan dinas ketahanan pangan dan pertanian Kabupaten Belitung Hamzah pergerakan harga tersebut masih terbilang baik di atas break even point bp65 ribu per kilo. Harga lada ini mulai stabil Maret tahun 2021 sekitar 80.000 dan terus naik mencapai 98.000 perkilonya minggu terakhir Desember tahun 2021 kemarin turun sampai sekarang di Kisaran 83-85 ribu per kilo.
Ia menjelaskan jika petani langsung menjual hasil panen kepada eksportir terdapat selisih sekitar 4000 atau diharga 89.000 perkilonya tetapi banyak petani lokal yang bekerjasama dengan pengepul karena terkendala beberapa faktor.
Oleh sebab itu pihaknya terus berupaya mendatangkan eksportir agar harga lada di Belitung terus membaik sebenarnya siapa saja yang mau menjual diterima tapi kebanyakan petani banyak terikat dengan pengepul Hamzah menambahkan tingkat produksi lada di Belitung juga menurun dikarenakan faktor cuaca.
Semahal nya dengan masa panen raya yang biasanya pada juni sampai Agustus cenderung tidak menentu karena curah hujan tinggi. Berdasarkan data Dinas ketahanan pangan dan pertanian produksi 2020 tercatat sekitar 5000 ton tetapi pada 2021 menurun sekitar 3000 ton gudang penyimpanan pengepul adalah Poniman terletak dipinggir jalan Air Raya tanjungpandan Kabupaten Belitung Poniman.
Sebagai pemilik kebun lada dan juga seorang pengepul mengaku memulai bisnisnya dari keisengan 15 tahun lalu memulai bisnis rempah putih ini untuk panen perdana paling lama dibutuhkan waktu tiga tahun. Setelah itu lada dapat dipanen kembali sampai lima tahun kedepan.
Hasil Panen
Hasil panen dari satu hektar lahan produktif lada di Belitung bisa mencapai 2000 kilo sedangkan harga per kilo lada putih dihargai 80.000 selain dari hasil kebunnya lada putih juga didapatkan dari para petani dan pedagang besar yang menjual ke dirinya setelah itu baru dikirim ke Bangka atau paling banyak untuk ekspor ke Eropa. Harga komoditas rempah khas Belitung terus bergerak mengikuti nilai tukar dolar.
Hal ini terjadi karena 70% produksi lada putih di Belitung diekspor ke beberapa negara di Eropa dan sebagian Asia ekspor lada putih juga dikirim melalui pelabuhan di Batam dari profesinya sebagai pemasok Lada. Di tanjungpandan Poniman bisa mengantongi omzet hingga empat miliar saat musim panen tiba sepanjang bulan Juli sampai Oktober jika hasil panen 40-50 ton perbulan.
Selain pengembangan lada terganjal masalah harga yang terus merosot di tingkat dunia seperti komoditas lainnya. Pengembangan lada terganjal masalah harga yang terus merosot di tingkat dunia.
Kementerian Perdagangan mencatat pada 2017 harga lada sempat mencapai 150.000 per kg di sentra-sentra penghasil lada tanaman ini merupakan Primadona bagi petani. Harga jualnya yang relatif tinggi menjadi daya tarik bagi petani untuk membudidayakan tanaman rempah ini tidak hanya dijual di pasar lokal tetapi juga salah satu komoditas penting perdagangan dunia