Bahaya Limbah Baterai

Perkembangan penggunaan baterai terhadap perangkat elektronik dan kendaraan listrik memicu pertumbuhan penambangan dan produksi baterai secara masif sehingga dampak bahaya limbah baterai semakin nyata. Memang dibandingkan dengan energi fosil yang sekali pakai baterai memiliki siklus ribuan kali lebih lama dan masa pakai lima hingga delapan tahun.
Selain menggunakan listrik, tenaga batubara, sumber energi hijau seperti panel surya, tenaga angin dan panas bumi juga semakin berkembang. Sayangnya kita akan mengalami ledakan limbah baterai seiring perkembangan kendaraan listrik dimana satu kendaraan bisa menggunakan 5000-10000 pcs baterai silindris.
Dalam penelitian baru di pasar kendaraan listrik Global kanalis mencatat 6,5 juta kendaraan listrik terjual di seluruh dunia pada tahun 2021 naik 109 persen yang pada tahun 2020 3,2 juta mobil listrik terjua di Cina dan 2,3 juta terjual di Eropa dan sisanya terjual di Amerika dan seluruh dunia. 
Bayangkan ada berapa miliar baterai yang diproduksi per tahun dan beberapa ratus juta baterai yang akan menjadi limbah setiap tahun. Alasannya kapasitasnya tidak lagi efisien meskipun membuang baterai mungkin tampak tidak berbahaya tapi ini dapat berdampak sangat buruk bagi lingkungan.

Bahaya Limbah Baterai

Setiap baterai mengandung bahan berbahaya beracun dan korosif seperti merkuri, kadmium, lithium dan timbal. Saat baterai terkorosi bahan kimianya meresap kedalam tanah dan mencemari air tanah dan air.
Permukaan ekosistem yang berisi ribuan tumbuhan dan hewan air terganggu saat dicemari dengan bahan kimia baterai. Ini ketika kita minum dari air tanah dan menelan logam berat berbahaya dan kimia beracun yang dilepaskan ke udara juga berdampak negatif pada pernafasan. 
Limbah baterai juga berkontribusi pada pemanasan global karena limbah baterai yang menguap terperangkap di atmosfer, mencemari danau dan sungai dalam bentuk hujan. 
Menurut badan pendaftaran zat dan penyakit beracun logam beracun seperti nikel dan kadmium yang digunakan dalam baterai dikenal sebagai karsinogen manusia. Karsinogen adalah setiap zat radiasi atau radon nuklida yang bertindak sebagai agen penyebab kanker.
Trend kendaraan listrik ini juga bisa segera merembet ke negara berkembang termasuk Indonesia Apalagi kita berambisi sebagai produsen baterai sekaligus membangun ekosistem kendaraan listrik. Sembari persiapan pengembangan industri kita juga selayaknya mulai waspada terhadap dampak limbah baterai sekaligus meramu solusi yang tepat untuk itu kita belajar dari reboot material.
Reboot material pendaur ulang baterai yang dibuat oleh salah satu pendiri dan mantan kepala teknologi Tesla CB strawbel. Baru saja mengumpulkan lebih dari 800 juta US Dollar dari investor untuk membantu meningkatkan pemulihan lithium, kobalt, nikel dan Logam lain dari limbah baterai.
Strawbel telah memposisikan redward sebagai perusahaan pertambangan generasi baru yang memulihkan bahan berharga untuk digunakan kembali dalam baterai baru dan menjauhkan sel-sel kimia dari tempat pembuangan sampah di mana mereka bisa lebih berbahaya saat rusak.
Pada tahun 2020 tahun pertama kali beroperasi, redwood memproses 10 juta kg skrub baterai dari Panasonic dan efisien serta limbah baterai dari Amazon. Strawbel menyatakan bahwa redwood bisa memproses dua kali lipat pada tahun 2021 karena juga mulai mendapatkan baterai bekas dari erv ribeun daur ulang limbah elektronik terbesar di Amerika.
Meskipun baru aktif selama setahun teknologi redward sudah dapat menangkap kembali jumlah logam yang dapat digunakan dengan biaya lebih rendah dibandingkan dengan penambangan konvensional. Strawbel baru-baru ini menyatakan kepada Forbes bahwa perusahaan terus menyempurnakan teknologi dan skalanya akan bisa menjadi lebih menguntungkan.
Redwood memiliki beberapa lain jalur proses daur ulang yang berbeda tergantung pada material baterai yang diolah. Proses pemisahan dilakukan pada tahap awal kemudian masuk ke proses hidrometalurgi yaitu memasukkan logam-logam kedalam larutan yang akan membuatnya menjadi cair. Kemudian dilakukan sparasi kimia untuk memisahkan berbagai kandungan baterai yang berbeda.
Setelah memisahkan dalam bentuk trus material kemudian diolah menjadi bentuk padat dan Logam yang dimurnikan akan dikirim ke perusahaan baterai untuk diproses menjadi baterai baru. Redwood juga melakukan ujicoba membuat katoda baru dengan material daur ulang yang hasilnya sangat memuaskan.
Inilah yang membuat Forbes dan Volvo akhirnya tertarik menjadi investor di redwood. Redwood bertujuan untuk menjadi pemasok terkemuka untuk logam dan bahan daur ulang dan memperkirakan bahwa dapat memulihkan sekitar 6 giga watt power baterai bekas,scrap baterai dan elektronik setiap tahun.
Ini akan cukup untuk memasok paket baterai untuk 60.000 kendaraan listrik. Kedepannya pada tahun 2025 diperkirakan red Hut sudah bisa memasok untuk satu juta kendaraan listrik dari hasil daur ulang baterai dengan keuntungan yang tentu saja mencapai miliaran dolar.
Ford dan Volvo adalah pembuat mobil yang berpartisipasi dalam program daur ulang di fasilitas redwood di California. Ford bahkan sudah menginvestasikan dananya sebesar 50 juta dollar untuk membantu pengembangan redwood material.
Perusahaan juga akan terus memperluas koleksi semua jenis baterai lithium-ion dan nikel logam hibrid termasuk kelas non otomotif. Dengan adanya proses daur ulang dan pemurnian baterai bekas proses penambangan material yang merusak lingkungan bisa ditekan karena siklus baterai akan semakin panjang.
Ini juga memberikan sebuah harapan baterai sebagai media penyimpanan energi hijau di masa depan yang lebih ramah lingkungan dan berbiaya rendah dibandingkan dengan energi fosil yang habis sekali pakai.
Indonesia sebagai kandidat produsen baterai juga harus menyiapkan dua hal untuk mengantisipasi ledakan limbah baterai.
Pertama mempersiapkan tenaga trampil melalui kurikulum tentang pemanfaatan baterai bekas biasanya baterai bekas kendaraan atau elektronik lain masih bisa dipilah terlebih dahulu yang masih berkualitas baik bisa dirakit ulang menjadi energy storage untuk panel surya atau baterai untuk sepeda listrik.
Saat ini pun sudah banyak yang melakukannya secara mandiri tapi alangkah baiknya jika ada kurikulum ini di Sekolah Teknik atau di kampus-kampus teknik karena terkait dengan teknik elektronika untuk teknologi baterai manajemen sistemnya.
Berikutnya adalah memberikan kesempatan dan menstimulasi start-up atau perusahaan swasta untuk membangun bisnis dan fasilitas pengolahan baterai.
Tentu hal seperti ini tidak harus ditangani oleh BUMN, ciptakan iklim Inovasi dan dukungan manufaktur agar berkembang. Ingat bahwa di luar negeri perkembangan energi terbarukan dan kendaraan listrik banyak dimotori oleh perusahaan swasta dan start-up karena bisa membangun ekosistem yang Innova Hai dan berkelanjutan.
Demikian sekilas mengenai bahaya limbah baterai dan potensi bisnis di dalamnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *